Friday 6 March 2009

Mengatasi Anak Susah Makan

Balita Anda susah makan? Sebelum menderita kurang gizi, beri dia madu setiap hari. Dari penelitian terbukti, madu bisa menambah nafsu makan, menurunkan tingkat morbiditas terhadap panas dan pilek, di samping itu lengkap kandungan gizinya.

Memberi makan anak-anak usia di bawah lima tahun (balita) memang gampang-gampang susah. Kalau si anak punya nafsu makan tinggi, orang tua tidak bakal repot. Diberi makan apa saja balita itu akan menyantapnya dengan lahap. Sebaliknya, anak balita yang bernafsu makan rendah atau susah makan, membuat orang tua sering kewalahan, bahkan hampir kehilangan akal untuk membujuknya makan.

Berbagai jenis makanan dicobakan. Reaksi si anak cuma membuang kembali makanan di mulutnya bila tidak sesuai kesukaannya.Celakanya, makanan kesukaannya justru kurang bergizi. Padahal, variasi makanan sangat perlu. Kalau keadaan ini berlanjut bisa-bisa si anak menderita kurang makan dan kurang gizi, sehingga mudah sakit. Akibat semua itu proses tumbuh kembangnya menjadi tidak normal. Yang paling merisaukan, bila ia menjadi bagian dari generasi tanpa masa depan (lost generation).

Meningkatkan nafsu makan

Untunglah ada hasil penelitian Y. Widodo. Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi di Bogor ini, tahun lalu membawa kabar gembira bagi para orang tua yang memiliki anak kurang energi protein (KEP). Ia melaporkan bahwa pemberian madu secara teratur setiap hari dapat menurunkan tingkat morbiditas (panas dan pilek) dan memperbaiki nafsu makan anak balita.

Penelitian dilakukan terhadap balita pasien Klinik Gizi, Puslitbang Gizi, yang menderita kurang energi protein (KEP) akibat krismon. Ada 51 balita usia 13 - 36 bulan yang terlibat dalam penelitian. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, pertama Kelompok Madu (25 orang) sebagai sampel, dan kedua Kelompok Sirop (26 orang) sebagai kontrol. Kedua kelompok sama-sama diberi tambahan vitamin B-kompleks dan vitamin C (50 mg).

Indikator yang diamati antara lain data antropometri (umur, bobot badan, tinggi/panjang badan), sosial-ekonomi, recall konsumsi, riwayat kesehatan anak pada saat sebelum, selama, dan sesudah perlakuan sekitar dua bulan.

Hasil penelitian menunjukkan, tingkat morbiditas terhadap panas dan pilek kelompok madu atau sampel menurun, nafsu makan meningkat, porsi dan frekuensi makan bertambah, sehingga konsumsi energi dan protein mereka juga meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapat sirop. Sebagian data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1..

Manfaat kesehatan pemberian madu yang tampak dalam penelitian tersebut antara lain disebabkan oleh dua hal. Pertama, madu merupakan makanan yang mengandung aneka zat gizi sedangkan gula hanya mengandung energi atau kalori. Kedua, madu ternyata juga mengandung senyawa yang bersifat antibiotik.

Mengandung faktor pertumbuhan

Kandungan gizi utama madu adalah aneka senyawa karbohidrat seperti gula fruktosa (41,0%), glukosa (35%), sukrosa (1,9%), dan dekstrin (1,5%). Karbohidrat madu ikut menambah pasokan sebagian energi yang diperlukan balita.

Kadar protein dalam madu relatif kecil, sekitar 2,6%. Namun kandungan asam aminonya cukup beragam, baik asam amino esensial maupun non-esensial. Asam amino tersebut turut pula memasok sebagian keperluan protein tubuh balita.

Vitamin yang terdapat dalam madu antara lain vitamin B1, vitamin B2, B3, B6, dan vitamin C. Sementara mineral yang terkandung dalam madu antara lain kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, fosfor, dan sulfur. Meskipun jumlahnya relatif sedikit, mineral madu merupakan sumber ideal bagi tubuh manusia karena imbangan dan jumlah mineral madu mendekati yang terdapat dalam darah manusia.

Penelitian menunjukkan, madu juga mengandung faktor pertumbuhan. Dilaporkan, stek batang pohon yang dicelupkan dalam madu akan lebih cepat berakar dan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan stek yang ditanam tanpa perlakuan madu.

Perbandingan kadar zat gizi madu secara umum terhadap gula pasir dapat dilihat pada tabel 2.

Madu juga mengandung zat antibiotik. Kandungan ini merupakan salah satu keunikan madu. Penelitian Peter C. Molan (1992), peneliti dari Departement of Biological Sciences, University of Waikoto, di Hamilton, Selandia Baru membuktikan, madu mengandung zat antibiotik yang aktif melawan serangan berbagai patogen penyebab penyakit.

Beberapa penyakit infeksi berbagai patogen yang dapat “disembuhkan” dan dihambat dengan (minum) madu secara teratur antara lain penyakit lambung dan saluran pencernaan; penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), batuk dan demam; penyakit jantung, hati, dan paru; penyakit-penyakit yang dapat mengganggu mata, telinga, dan syaraf.

Berdasarkan hasil penelitian Kamaruddin (1997), peneliti dari Departement of Biochemistry, Faculty of Medicine, Universiti of Malaya, di Kualalumpur, paling tidak ada empat faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu. Pertama, kadar gula madu yang tinggi akan menghambat pertumbuhan bakteri sehingga bakteri tersebut tidak dapat hidup dan berkembang.

Kedua, tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3.65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidupnya sehingga bakteri tersebut merana atau mati. Ketiga, adanya senyawa radikal hidrogen peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen. Dan faktor keempat, adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri. Senyawa organik tersebut tipenya bermacam-macam. Yang telah teridentifikasi antara lain seperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida.

Takaran minum madu

Untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari madu, cairan manis yang menjadi cadangan makanan koloni lebah ini harus dikonsumsi secara teratur. Dalam penelitian Widodo tersebut balita sampel diberi madu sebanyak 20 gram setiap hari. Madu tersebut tidak dianjurkan untuk bayi usia 0 - 4 bulan, karena makanan pertama dan yang utama untuk mereka adalah air susu ibunya (ASI). Setelah usia 4 bulan baru boleh diberi madu seiring dengan pemberian makanan tambahan sesuai anjuran.

Menurut Muhilal, 2-3 sendok makan madu 2 X sehari sudah cukup memadai untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh. Namun untuk penyembuhan atau pengobatan, madu lebih baik dikonsumsi dalam bentuk larutan dalam air karena akan memudahkan penyerapannya di dalam tubuh. Madu tersebut sebaiknya dikonsumsi dua jam sebelum makan atau tiga jam sesudah makan.

Selain menambahkan madu pada menu makanan balita secara teratur, tentu saja berbagai upaya kesehatan lainnya seperti pengobatan medis, pemberian makanan tambahan, dan imunisasi umum, harus pula dilakukan. Upaya tersebut akan lebih mempercepat upaya pemulihan kesehatan dan perbaikan gizi balita, terutama yang susah makan, sehingga mereka terhidar kemungkinan menjadi generasi tanpa masa depan (Mohamad Harli, Sarjana Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, IPB)

TOMAT DONGKRAK NAFSU MAKAN

Nafsu makan anak yang rendah sering bikin orangtua resah. Gara-gara makanannya enggak enak? Mungkin saja. Mood makannya lagi kacau? Bisa jadi. Kalau ogah makan itu berlangsung lama, tentu bukan makanan atau mood-nya yang jadi problem. Untuk yang begini, intervensi lempuyang wangi, temulawak, temuhitam, atau jus tomat bisa jadi jalan keluar.

Penulis: Lucie Widowati, staf Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional, Depkes, di Jakarta

Anak emoh makan memang bikin geram. “Sudah capek-capek masak, pas disuruh makan, jawabnya cuma ogah dan ogah,” bilang Astrid, ibu muda, sambil memandangi putranya yang berusia tujuh tahun. “Sudah saya bawa ke dokter, tapi tetap enggak ada perubahan,” imbuhnya.

Padahal, dalam masa pertumbuhan, anak-anak butuh nutrisi sumber energi (semisal karbohidrat dan lemak) yang cukup agar lancar melakukan banyak aktivitas. Selain itu, mereka juga butuh vitamin, mineral, dan serat, semuanya penting untuk menjaga kesehatan. Makanan yang disuguhkan ibunda di rumah setidaknya mengandung satu unsur nutrisi serta sejumlah vitamin, mineral, dan serat. Gabungan unsur-unsur itulah yang sering disebut dengan gizi.

Nah, yang membuat Astrid pusing, Aldo, anaknya, lebih suka makan permen ketimbang makanan bergizi yang disediakan di rumah. “Lihat, badannya lebih kurus ketimbang teman-teman sebayanya yang montok-montok,” keluh karyawati sebuah Bank di bilangan Jln. Jenderal Sudirman, Jakarta, itu. Nada bicaranya seperti orang putus asa. “Omong-omong, kamu pernah mencoba jalur alternatif, enggak?” tanya Maria, rekan kerjanya tiba-tiba.

Karena efek sampingan

Sebagai “ibu modern”, Astrid agak gelagapan waktu ditanya soal “jalur alternatif” buat mengobati anak yang susah makan. “Memangnya ada?” sergahnya. Kepada Maria, dia mengaku selama ini lebih sering pergi ke dokter untuk meminta saran. “Dokter biasanya memberi ‘obat’ penambah nafsu makan. Tapi sampai saat ini, efeknya masih belum seperti yang saya harapkan,” jelas Astrid lagi.

Astrid barangkali kurang memahami, khasiat “penambah nafsu makan” dalam obat-obatan konvensional sebenarnya lebih merupakan efek sampingan. Khasiat utamanya, ya lain lagi. Katakanlah obat dari golongan cyproheptadin, sebetulnya merupakan obat antialergi atau antihistamin, tapi salah satu efek sampingannya memang bisa meningkatkan nafsu makan. Ada juga obat anabolik yang mengandung hormon, dan berpotensi menyebabkan pembesaran otot dan penambahan bobot badan.

Meski sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan anak, anabolik mempunyai efek sampingan. Obat-obat itu pula yang kerap disalahgunakan oleh sementara orang sebagai obat “penambah nafsu makan”. Jenis obat konvensional lain yang juga sering diberikan untuk mendongkrak kemauan anak makan adalah vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan beberapa suplemen makanan.

Sebenarnya, ada dua hal yang bisa menyebabkan anak tidak mau makan atau kehilangan nafsu makan. Pertama, secara fisiologis, yakni lantaran anak menderita penyakit tertentu. Misalnya, seriawan, demam, anemia, dan sebagainya. Nafsu makan akan pulih setelah penyakitnya sembuh.

Penyebab kedua, lantaran persoalan psikis, biasa disebut anoreksia nervosa. Gejala ini muncul akibat kondisi psikis anak, seperti keadaan yang hendak berangkat remaja sehingga anak ta-kut gemuk di tengah teman gaulnya yang rata-rata kerempeng, atau adanya gangguan emosional tertentu sehingga anak tergerak menjauhi makanan. Hilangnya nafsu dan keinginan untuk makan jenis ini sering diiringi berkurangnya berat badan.

Jika memang masalah psikis yang memicu persoalan, hanya perbaikan kondisi psikis pula yang dapat membangkitkan kembali nafsu makan yang pergi entah ke mana.

Campur madu

“Tadi kamu menyebut-nyebut soal resep alternatif. Maksudnya apa?” tanya Astrid, cukup mengagetkan Maria. “Masak kamu enggak tahu. Itu lo, resep tradisional yang sudah ada sejak zaman nenek moyang.” Beberapa tanaman obat dan rempah-rempah yang ada di dapur, secara empiris memang dapat digunakan sebagai penambah nafsu makan. “Kalau tidak pernah membuat sendiri, cari tahu pada si mbok penjual jamu,” tambahnya.

Maria cuma geleng-geleng kepala. Astrid memang sudah terlalu lama tinggal di kota, sehingga lupa pada tanaman obat yang dulu sering ditanam ibunya di pekarangan. Dengan tanaman obat itu, si ibu dapat meramu sendiri obat penambah nafsu makan anaknya, tanpa harus berurusan dengan penjual jamu. Tentu saja dengan sedikit modifikasi. Misalnya, untuk mengurangi rasa pahit, jamu diberikan pada anak dengan mencampurkan madu di dalamnya.

Tumbuhan-tumbuhan yang bisa dimanfaatkan, salah satunya lempuyang wangi. Cara mengolahnya gampang. Ambil rimpang lempuyang wangi kira-kira seukuran 3/4 jari, kemudian cuci pakai air bersih. Setelah itu, parut dan beri air masak 3/4 cangkir. Jangan lupa, tambahkan madu satu sendok makan. Hasil parutan itu kemudian diperas dan disaring, terus diminum satu kali sehari. Tanpa pakai alat cekok, anak pasti suka, karena rasa pahitnya sudah jauh berkurang.

Selain lempuyang wangi, temulawak pun bisa dimanfaatkan menjadi ramuan penambah nafsu makan bocah, terutama balita. Temukan rimpang temulawak kira-kira yang berukuran 1/2 jari, lantas dicuci bersih. Usai dicuci, parut, dan beri air masak dua sendok makan, plus madu satu sendok makan. Lagi-lagi, setelah diparut, ramuan diperas dan disaring, kemudian diminum satu kali sehari.

Jika tak berhasil mendapatkan lempuyang dan temulawak, cobalah dengan temuhitam. Potong rimpang temuhitam kira-kira seukuran 3/4 jari. Agar rasanya lebih enak, campur dengan gula aren, lalu cuci dengan air bersih dan rebus sampai mendidih dengan tiga gelas makan (sampai airnya tinggal 3/4 saja). Setelah dingin, larutan tadi disaring. Persilakan bocah tersayang meminumnya satu kali sehari.

2 comments:

JUAL OBAT AMBEIEN OBAT WASIR ( 08156709254) said...

Terima kasih atas infonya.

Ulva Dhina said...

kami jual kosmetik asli, dan murah, beli ecer harga grosir.

 
© Copyright by .  |  Template by Blogspot tutorial