Perjalanan masih menyisakan goresan di tiap langkah. Aku berada di tepian jalurnya, melangkah limbung, memikul saratnya beban di dada. Sesak seperti ketika kucoba menahan tangis, aku terbebani dengan perasaanku sendiri, mendefinisikan sesuatu dari titik pandang yang muncul dalam palung perasaan. Aku tenggelam dalam pusaranmu. Dan tanpa kutahu mengapa, aku masih saja tak henti bertanya. Ketika perjalanan masih menyisakan goresan di tiap langkah, aku tak sanggup untuk berpaling, menghindar dari jiwamu yang terus membayangi. Perasaanku seperti tak terdefinisikan, tak bisa digambarkan pun ketika kucoba untuk mengurainya. Menyelami rangkaian makna yang terbentuk dari seuntai anganku tentangmu. Keyakinan yang kubentuk dari sepenggal rasa. Kau tak jua mengerti, tak sanggup membaginya dalam belahan jiwamu, membuatnya sama seperti apa yang aku pahami. Menangis ketika lara menghampiri, Tertawa ketika suka cita merasuk sukma. Aku ada dibenakmu, kau lebur dalam jiwaku, seperti bisikan pawana menoreh senja, menyentuh ilalang di hamparan nan luas. Seluas jiwaku yang mengertikanmu. Kuharap kau mengerti, layaknya kucoba tuk memahamimu, menyelami sukma berbalut raga, akankah kau ada disaat kuberharap kau ada? Diamku masih menyisakan sepenggal tanya, menandai setiap titik dari ribuan makna yang menjadikanmu milikku. Kau melebur dalam jeda distansi, membuatnya beralur seperti pasir yang terurai dihempas ombak. Aku meronta dalam keterasingan yang panjang, mencoba meyakini sesuatu yang tidak aku pahami, merengkuh sasmita dalam pendar candra purnama. Kau semakin lebur menyatu, merasuki dimensi maya di setiap hembusan nafas.
Thursday, 23 October 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment