Thursday, 20 January 2011

Be a good speaker

Ada tiga hal yang mendasar yang harus diperhatikan ketika seseorang harus berbicara di depan publik. Ketiga hal tersebut adalah: variasi suara, ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Ketiganya mutlak

Variasi Suara

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yang berhubungan dengan suara, antara lain: volume, kecepatan bicara, artikulasi, dan tinggi rendahnya suara. Meski kita memiliki suara yang enak didengar, belum tentu artikulasi (pengucapan kata) sudah benar. Begitu pula dengan kecepatan suara. Latih setiap pengucapan kata, terutama kata-kata yang jarang digunakan agar orang dapat mengerti apa yang kita ucapkan. Atur juga kecepatan suara sesuai kebutuhan. Jika terlalu cepat, orang akan malas untuk mengikutinya, begitu pula jika terlalu lambat. Meskipun demikian, kadang kita perlu memperlambat kecepatan bicara untuk memberikan penekanan terhadap sesuatu.

Ekspresi Wajah

Mata dan bibir adalah cerminan hati si pembicara. Oleh karena itu, sebagai seorang pembicara kita harus memperhatikan benar kedua hal tersebut. Berikut adalah beberapa kiat dalam melatih ekspresi mata dan bibir saat berbicara di depan publik.

Usahakan mata tidak terpaku pada seseorang atau benda tertentu
Secara perlahan dan bergantian, tatap semua mata audiens
Kerutan kening dan mata yang mengecil dapat memberikan kesan tertentu
Ketika berbicara dengan satu orang saja, usahakan untuk menatap mata/wajah/bagian ‘T’ pada wajah lawan bicara. Dengan cara ini, lawan bicara akan merasa dihargai.
Biasakan tersenyum lebih banyak dan lebih sering. Tentunya disesuaikan dengan kondisi atau apa yang sedang dibicarakan.
Gunakan bibir untuk mengekspresikan sikap yang konsisten dengan apa yang anda bicarakan
Bahasa Tubuh

Hal terakhir yang tidak boleh luput dari perhatian adalah posisi tubuh. Perhatikan benar dalam kondisi apa anda berada, apa yang sedang diperbincangkan. Formal atau semi formal atau non formal situasi anda ketika berbicara. Dalam suasana formal, posisi berdiri selalu lebih baik daripara duduk. Dengan cara ini, kita menunjukkan rasa hormat kepada audiens. Keberadaan mimbar dapat mengurangi kesan dekat dan akrab sehingga memberikan kesan formal.

Jangan lupa untuk mengatur gerakan tangan dan tubuh. Gunakan tangan untuk memegang alat bantu, catatan, atau memberikan isyarat yang dinamis. Hindari memasukan tangan ke kantong celana/baju atau menjalinnya dimuka/dibelakang tubuh. Hindari melakukan gerakan yang berlebihan seperti mengangkat tangan terlalu tinggi atau gerakan melambai-lambai yang berlebihan. Hindari terlalu mencondongkan tubuh karena akan memberikan kesan intimidasi kepada lawan bicara.

Posisi kaki juga harus diperhatikan. Berikan jarak antara kedua kaki, tapi tidak terlalu lebar. Cukup selebar pinggul kita. Dalam posisi forma, jaga agar posisi kaki tidak memberikan kesan santai atau cuek. Berjalan mondar mandir yang tidak beraturan sangat tidak dianjurkan. Dan bila anda duduk, sebaiknya dalam posisi kaki siap, tidak disilangkan atau ditumpangkan.

Hal terakhir yang menjadi perhatian kita saat berbicara di depan publik adalah mengontrol kebiasaan. Kenali kebiasaan anda. Awas, kebiasaan ini kadang tidak kita sadari. Oleh karena itu, disarankan sebelum berbicara di depan publik, lakukan latihan kecil didepan orang-orang yang dekat dengan kita. Minta supaya mereka memberitahu kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengganggu audiens dan dapat menjatuhkan kredibilitas kita sebagai pembicara. Contoh kebiasaan yang sering ditemui antara lain: mata yang sering berkedut/berkedip, tangan yang tidak bisa diam dan selalu bergerak-gerak tanpa tujuan (biasanya karena gugup), terlalu sering membicarakan diri sendiri yang seringkali tidak ada relevansinya dengan tujuan kita berbicara, memain-mainkan sesuatu yang ada digenggaman seperti pulpen atau pointer. Karenanya, kendalikanlah kebiasaan yang tidak baik tersebut.

source : wrm-indonesia.org


No comments:

 
© Copyright by .  |  Template by Blogspot tutorial