Bunyi kentongan selalu muncul sekitar pukul dua dini hari, 3 hingga 5 orang warga masih duduk dan terjaga diatas tikar yang dihampar diatas pos keamanan lingkungan (Poskamling). Dengan sepuntung rokok yang terjepit diantara jari-jarinya beberapa warga itu sesekali menyeruput kopi hitam yang selalu tersedia diatas Poskamling tersebut.
Tak hanya sekedar berkumpul dan bermain kartu, warga yang berjaga di Poskamling itu diberi tanggung jawab moral oleh warga lainnya untuk menjaga keamanan lingkungan hingga adzan subuh tiba. Sistim keamanan lingkungan yang lebih kita kenal dengan kata Siskamling itu selalu membuahkan hasil diantaranya kondisi dan keamanan lingkungan benar-benar terjaga hingga matahari terbit. Itulah kebiasaan dan budaya warga indonesia 10 tahun silam.
Terutama di kawasan pedesaan, kebiasaan untuk menjaga lingkungan secara gotong royog sangat kental dilakukan masyarakat. Namun lambat laun kebiasaan itu semakin pudar dikala masyarakatnya sudah mempunyai banyak kesibukan dan mulai menurunnya nilai-nilai kebersamaan serta menguatnya rasa individualisme diantara mereka.
Siskamling saat ini sudah berubah menjadi tugas satpam lingkungan. Di beberapa daerah kebiasaan ronda dulu nyaris tidak terdengar lagi. Padahal ronda atau biasa disebut siskamling banyak sekali manfaatnya. Pos ronda sekarang sudah beralih fungsi menjadi tempat nongkrong sore atau tempat jualan nasi pecel di pagi hari.
Banyak fungsi dari sebuah siskamling. Tidak hanya dapat mencegah maling dan teroris masuk. Akan tetapi dapat pula mencegah para pria iseng yang luput dari perhatian istri atau saudara mereka untuk menyusup ke rumah gadis atau janda. Kini sebenarnya siskamling dituntut lebih banyak berperan demi terciptanya lingkungan yang aman dan damai.
Ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan atau ATHG sebuah singkatan popular dalam konsep bela Negara kini lebih kencang berhembus di negeri ini dalam beragam bentuk. Masih terngiang baru-baru ini segala bentuk kekerasan dan terorisme sedang merajalela dan usil menghantam kenyamanan negeri.
Semua harus dicegah melalui kesadaran diri dan pendekatan yang kecil, keluarga yang terkecil dan lingkungan yang kecil pula. Selanjutnya ketika bencana datang misalnya, siskamling akan menjadi garda terdepan dalam antisipasi dan menyadarkan warga ketika terlelap. Akan tercipta rasa bahu membahu dari sebuah siskamling.
Itulah tuntutan peran lebih dari siskamling saat ini. Gerak-gerik warga yang mencurigakan biasanya terendus oleh siskamling. Siskamling yang kuat akan ikut mencegah gerakan-gerakan yang berskala besar seperti gerakan gembong teroris Noordin M Top dan pengikutnya itu atau gerakan yang mengarah pada disintegrasi, lebih-lebih pada ajaran-ajaran yang menyesatkan. Walau Noordin M Top sudah tewas kewaspadaan harus terus dijaga.
Di wilayah perbatasan misalnya, Siskamling akan merespon dari adanya sebuah pengakuan warga Negara. Walaupun di pulau yang terpencil yang rentan atas pengakuan dari negeri lain. Siskamling berperan lebih untuk selalu mengingatkan warga mengibarkan Sang Merah Putih sehingga identitas selalu terjaga.
Tidak hanya tugas para prajurit yang harus menyadarkan warga menjaga asset bangsa yang berhubungan dengan kedaulatan. Siskamling ikut berperan dalam wujud konsep Bela Negara. Dalam lingkup kecil lagi-lagi siskamling bukan hanya tugas sang satpam, tapi tugas kita semua. Semoga siskamling dapat dan tetap hidup di Negeri kita tercinta ini. Mari kita galakkan kembali Siskamling demi terciptanya lingkungan yang aman, damai dan tentram.
Sumber : Muh. Arif Billah. SH/http://suarakotaprobolinggo.com
Friday, 28 January 2011
Siskamling, Pentingkah?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment